Gudeg Gurih Khas Temanggung Laris Manis Diserbu Tiap Pagi

Temanggung –  Kabupaten Temanggung tidak hanya dikenal dengan pesona alam pegunungan yang sejuk, tetapi juga kaya akan kuliner tradisional yang menggugah selera. Salah satunya adalah gudeg khas Temanggung, sajian berbahan dasar nangka muda yang dimasak dengan santan dan bumbu rempah pilihan hingga menghasilkan rasa gurih bercampur manis yang nikmat.

Berbeda dengan gudeg Yogyakarta yang cenderung manis, gudeg Temanggung memiliki cita rasa gurih yang lebih dominan. Seporsi gudeg biasanya disajikan lengkap dengan lauk pauk seperti ayam suwir, opor ayam, sambal krecek, telur, ikan pindang, hingga tempe goreng. Kuah santan kentalnya membuat pembeli selalu ingin kembali mencicipinya.

Di kawasan Pasar Legi, Kecamatan Parakan, Temanggung, seorang penjual gudeg legendaris bernama Mbah Um (65) sudah berjualan sejak tahun 1990. Setiap pagi, lapak sederhana di emperan toko seberang jalan raya Parakan–Wonosobo ini selalu ramai diserbu pelanggan.

Menurut pelanggan setia bernama Aim, rasa gurih dengan kuah kental membuat gudeg Mbah Um sangat cocok untuk sarapan. “Rasanya gurih, tidak terlalu manis, dan harganya juga terjangkau,” ujarnya, Jumat (22/8/2025). 

Pelanggan lainnya Mahfud mengatakan selain rasanya yang khas, tempat ini juga nyaman. “Gudegnya mantap, gurih, lauknya banyak pilihan. Saya sering beli di sini tiap pagi,” katanya.

Harga gudeg Mbah Um dibanderol mulai Rp 14.000 hingga Rp 26.000, tergantung lauk yang dipilih. Nasi gudeg dengan telur dijual Rp 14.000, sedangkan tambahan lauk ayam sayap dikenakan Rp8.000 dan paha ayam Rp 12.000.

Pelanggan tidak hanya datang dari Temanggung, tetapi juga dari Wonosobo, Magelang, Salatiga, Semarang, hingga Yogyakarta. Banyak di antara mereka sengaja mampir saat melintas di Temanggung.

Gudeg Mbah Um buka setiap hari mulai pukul 05.30 WIB hingga 09.30 WIB. Namun, lantaran selalu ludes dalam waktu kurang dari tiga jam, pembeli disarankan datang lebih awal.

Lebih dari sekadar hidangan, gudeg khas Temanggung menjadi bukti kekayaan kuliner nusantara yang tetap bertahan di tengah modernisasi. Sajian sederhana ini merepresentasikan kehangatan keluarga sekaligus kearifan lokal masyarakat Temanggung.

 

Source Artikel: www.beritasatu.com