Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki garis pantai sepanjang lebih dari 95.000 km dan wilayah laut yang mencapai dua pertiga dari total luas wilayah negara. Kekayaan laut yang melimpah ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu penghasil ikan terbesar di dunia. Namun, ironisnya, konsumsi ikan di dalam negeri masih belum sebanding dengan potensi yang dimiliki. Salah satu strategi efektif untuk mendorong konsumsi ikan nasional adalah melalui kekayaan kuliner otentik khas Nusantara yang berbasis olahan laut.
Ikan bukan sekadar sumber protein yang sehat, tetapi juga bagian dari budaya makan masyarakat pesisir sejak zaman nenek moyang. Dari Aceh hingga Papua, ragam olahan ikan hadir dalam berbagai bentuk, rasa, dan filosofi. Di sinilah pentingnya mendorong konsumsi ikan bukan hanya sebagai program kesehatan atau ekonomi, tetapi juga sebagai penguatan jati diri kuliner bangsa.
—
Khazanah Kuliner Ikan Nusantara: Kaya Rasa, Kaya Cerita
Indonesia memiliki ratusan jenis masakan ikan tradisional. Sebut saja ikan bakar rica-rica dari Manado, pepes ikan mas Sunda, pindang serani dari Jepara, ikan kuah kuning khas Maluku dan Papua, arsik Batak, hingga ikan panggang Sumbawa yang disajikan dengan sambal sepat. Masing-masing daerah memiliki cara memasak dan bumbu khas yang menjadikan ikan bukan hanya lezat, tetapi juga sarat makna.
Namun sayangnya, tidak semua kuliner ikan ini dikenal luas secara nasional. Banyak yang masih tersembunyi di warung kampung atau dapur rumah tangga. Dengan mengangkat dan mempopulerkan kembali masakan-masakan ini dalam media massa, festival kuliner, hingga industri restoran, konsumsi ikan akan meningkat bukan sebagai kewajiban, tetapi sebagai kenikmatan dan kebanggaan.
—
Pendidikan Rasa dan Promosi yang Menyentuh
Mendorong konsumsi ikan tak cukup dengan kampanye kesehatan semata. Dibutuhkan pendekatan yang lebih kreatif, menyentuh emosi, dan mengangkat aspek budaya. Festival kuliner ikan, lomba masak berbasis bahan laut, tayangan dokumenter tentang nelayan lokal, hingga pelatihan memasak ikan bagi ibu rumah tangga dan pelaku UMKM bisa menjadi jembatan edukasi yang efektif.
Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Kesehatan, serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menjalankan program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (GEMARIKAN). Namun agar gaungnya lebih kuat, kolaborasi dengan media, pelaku kuliner, komunitas pecinta makanan, dan pengusaha restoran harus diperluas. Program edukatif dan promosi harus menyasar sekolah, kampus, kantor, hingga ruang-ruang publik.
—
UMKM Kuliner Ikan, Garda Depan Peningkatan Konsumsi
Salah satu cara paling nyata dalam meningkatkan konsumsi ikan adalah memperkuat peran UMKM kuliner berbasis ikan. Warung makan, rumah makan khas daerah, dan pelaku usaha kecil lainnya harus diberikan ruang, pelatihan, dan fasilitas agar bisa menyajikan ikan dengan kualitas baik dan harga terjangkau.
Platform seperti BUMMI (Beranda UMKM Indonesia) dan Selera Nusantara telah mulai memberikan ruang promosi bagi pelaku UMKM kuliner khas daerah yang menyajikan menu berbasis ikan. Dengan dukungan promosi, pengemasan modern, dan digitalisasi, olahan ikan lokal dapat bersaing di pasar modern tanpa kehilangan keasliannya.
—
Restoran dan Rest Area sebagai Etalase Rasa Laut
Rest area di jalan tol, kawasan wisata, dan pusat perbelanjaan kini menjadi tempat strategis untuk memperkenalkan masakan ikan khas daerah. Menu seperti sup ikan Batam, sate lilit ikan Bali, atau nasi ikan cakalang khas Ambon bisa menjadi alternatif dari makanan cepat saji yang selama ini mendominasi.
Dengan standardisasi rasa, kebersihan, dan pelayanan, kuliner ikan bisa naik kelas dan menjangkau konsumen lebih luas. Jika perlu, rest area atau food court nasional bisa mengalokasikan satu zona khusus “Rasa Laut Nusantara” yang memamerkan ragam menu ikan dari berbagai daerah.
—
Menuju Bangsa yang Cinta Ikan dan Bangga Kuliner Sendiri
Meningkatkan konsumsi ikan bukan hanya soal statistik gizi nasional, tetapi juga tentang membentuk karakter bangsa yang peduli kesehatan, menghargai alam, dan mencintai budaya. Ketika anak-anak terbiasa menyantap pindang, arsik, atau ikan kuah asam sejak dini, maka kita sedang membangun generasi yang mencintai warisan kuliner sendiri.
Dengan semangat kolaboratif antar kementerian, pelaku usaha, komunitas kuliner, dan masyarakat, upaya ini dapat menjadi gerakan bersama. Ikan bukan hanya makanan, tapi jembatan budaya dan ekonomi bangsa. Saat rasa laut menyatu dalam piring, di sanalah kebangkitan kuliner dan konsumsi ikan Indonesia dimulai.
—
Penulis: IAS