Menyelami Makna Kuliner Tradisional di Pekalangan, Cirebon

Saat sore tiba di Kelurahan Pekalangan, kawasan Cirebon, keramaian jalan raya menyisakan cerita berbeda di salah satu gang kecil. Di sanalah, sederet pedagang menyajikan ragam kuliner tradisional yang menggoda selera dan menyuguhkan kehangatan budaya Cirebon.

Aneka Jajanan Pasar di Gang Pekalangan

Di gang RW 04 Pekalangan Utara, terdapat berbagai lapak: salah satunya kue tapel tradisional yang tersusun rapi di etalase. Kue tapel — berbahan dasar tepung beras, kelapa parut, ketan, pisang, dan gula merah — menawarkan rasa manis-gurih yang unik . Proses pembuatannya pun khas: tidak menggunakan minyak, melainkan dioleskan akar “akar sella” ke wajan kayu bakar untuk menciptakan tekstur renyah sekaligus bebas kolesterol .

Tak jauh dari situ, aroma nasi lengko menyebar. Olahan sederhana dari nasi hangat, tahu, tempe, tauge, irisan kucai, dan siraman bumbu kacang ini menyatu dengan kecap khas lokal, menciptakan sensasi gurih-manis yang ramah kantong .

Mi Yamin: Si Manis Kenyal

Gang-gang di RW 01 Pandesan tak mau kalah. Deretan penjual mi yamin, seperti gerobakan kaki lima, menghadirkan mie kenyal disiram saus manis dan disertai bakso, siomay, serta sayuran segar. Beberapa gerai legendaris bisa melayani hingga ratusan porsi per hari, berkat cita rasanya yang khas akibat dimasak menggunakan arang, menjadikannya lezat dan punya aroma smokey istimewa .

Harmoni Antara Tradisi dan Modern

Selain jajanan tradisional, kawasan ini kini juga dipenuhi pedagang makanan kekinian — mulai dari sate taichan hingga kafe modern. Kehadiran mereka menunjukkan keseimbangan antara mempertahankan akar budaya dan menyambut selera baru.

Sebuah Wajah Kuliner Lokal yang Otentik

Pekalangan bukan sekadar tempat makan – ia adalah galeri hidup yang menampilkan keragaman kuliner Cirebon. Dari kue tapel yang diracik menggunakan akar alami, nasi lengko yang sederhana namun mengena, hingga mi yamin yang kaya aroma, semuanya hadir di gang-gang sempit penuh cerita. Intensitas kehadiran pedagang di lorong-lorong tersebut menegaskan bahwa kuliner tradisional tetap hidup dalam keseharian warga.

Dengan nuansa suasana dan latar kisah yang kental, kuliner Pekalangan menjadi bukti nyata bahwa akar budaya kuliner masih meresap dalam sendi-sendi kehidupan lokal — meski perkembangan modern terus merayap masuk.

 

Penulis: IAS