Jadah: Penganan Ketan dengan Jejak Sejarah Majapahit yang Tetap Menggugah Selera

Jadah adalah salah satu penganan tradisional Indonesia yang terbuat dari ketan yang dihaluskan dan dibentuk menjadi lempengan atau bulatan kecil. Seiring berjalannya waktu, jadah telah menjadi bagian penting dari kuliner Nusantara, tidak hanya karena rasa lezatnya, tetapi juga karena sejarah panjang yang terkandung di dalamnya. Menariknya, keberadaan jadah sudah tercatat dalam kitab Nawa Ruci, sebuah karya dari zaman Kerajaan Majapahit, yang menunjukkan bahwa penganan ini telah ada sejak ribuan tahun lalu.
Sejarah Jadah dalam Kitab Nawa Ruci
Kitab Nawa Ruci adalah karya sastra yang berasal dari zaman Majapahit pada abad ke-14, yang berisi ajaran moral dan filsafat hidup. Dalam kitab ini, disebutkan tentang berbagai makanan yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat pada masa itu, termasuk jadah. Keberadaan jadah dalam Nawa Ruci menunjukkan betapa penganan ini telah menjadi bagian dari tradisi kuliner dan kehidupan sosial masyarakat Majapahit.
Pada zaman itu, jadah sering kali disajikan dalam acara-upacara adat, perayaan, atau sebagai hidangan dalam perjalanan jauh. Penggunaan ketan yang memiliki daya tahan cukup lama menjadikannya pilihan ideal untuk acara-acara tersebut, serta menunjukkan keterampilan masyarakat dalam memanfaatkan bahan-bahan alami di sekitar mereka.
Komposisi dan Cara Penyajian Jadah
Jadah terbuat dari ketan yang dimasak dengan air hingga matang, kemudian dihancurkan atau dihaluskan hingga memiliki tekstur yang lengket. Setelah itu, adonan ketan tersebut dibentuk menjadi lempengan atau bulatan kecil dan dibiarkan dingin. Beberapa variasi jadah juga ditambahkan dengan kelapa parut, memberikan rasa gurih dan kenikmatan tambahan.
Jadah sering disajikan dalam berbagai bentuk dan variasi. Beberapa daerah menambahkan gula merah atau kelapa parut untuk memberikan rasa manis atau gurih, sementara yang lainnya menyajikannya dengan tempe sebagai pelengkap, seperti pada jadah tempe yang terkenal di Kaliurang, Sleman, Yogyakarta.
Jadah Tempe Kaliurang: Keunikan Kuliner dari Yogyakarta
Salah satu varian jadah yang terkenal adalah Jadah Tempe Kaliurang, yang berasal dari kawasan Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Hidangan ini memadukan jadah ketan dengan tempe goreng yang renyah, menciptakan kombinasi rasa gurih, manis, dan sedikit pedas. Jadah tempe menjadi penganan yang sangat populer, terutama sebagai cemilan atau hidangan pendamping dalam acara-acara tradisional.
Tempe yang digunakan dalam hidangan ini biasanya digoreng dengan bumbu sederhana, sehingga menciptakan rasa yang saling melengkapi dengan jadah ketan yang kenyal. Kombinasi kedua bahan tersebut menghasilkan rasa yang menggugah selera dan kaya akan cita rasa. Masyarakat setempat biasanya menikmati jadah tempe ini dengan secangkir teh atau kopi hangat, menciptakan suasana kebersamaan dan kekeluargaan.
Makna Sosial dan Budaya Jadah
Jadah, seperti banyak penganan tradisional lainnya, memainkan peran penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Di berbagai daerah, jadah sering kali disajikan dalam acara adat, selamatan, atau sebagai makanan yang menghubungkan keluarga dan komunitas. Proses pembuatan jadah juga melibatkan kebersamaan, di mana anggota keluarga atau masyarakat bekerja bersama untuk membuat penganan ini, menciptakan ikatan sosial yang kuat.
Jadah, dalam berbagai variasinya, juga menggambarkan prinsip gotong royong yang menjadi nilai inti dalam budaya Indonesia. Hidangan ini tidak hanya berfungsi sebagai pemenuh perut, tetapi juga sebagai alat untuk menjaga hubungan sosial antarindividu.
Jadah dalam Kehidupan Modern
Meskipun jadah memiliki akar sejarah yang panjang, ia tetap relevan dalam kehidupan modern. Berbagai variasi jadah, seperti jadah tempe atau jadah kelapa, kini dapat ditemukan di banyak pasar tradisional dan restoran, tidak hanya di Yogyakarta, tetapi juga di berbagai kota besar di Indonesia. Inovasi dalam penyajian dan bahan tambahan, seperti menambah isi dengan cokelat atau keju, telah memperkenalkan jadah kepada generasi muda, menjadikannya lebih populer.
Selain itu, dengan berkembangnya sektor pariwisata, jadah juga mulai dikenal oleh wisatawan mancanegara. Beberapa restoran tradisional bahkan mulai memasarkan jadah dalam kemasan praktis sebagai oleh-oleh khas daerah, sehingga kuliner ini dapat dinikmati oleh siapa saja, kapan saja.
Kesimpulan
Jadah adalah penganan tradisional yang memiliki jejak sejarah yang panjang, yang berawal dari zaman Kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kini. Dikenal dalam kitab Nawa Ruci sebagai salah satu makanan penting pada zaman itu, jadah kini tetap menjadi bagian penting dari kuliner Indonesia. Keberagaman rasa dan cara penyajian jadah menunjukkan betapa kaya dan dinamisnya tradisi kuliner Nusantara.
Dari jadah tempe di Kaliurang yang ikonik hingga variasi jadah lainnya, penganan ini tidak hanya menggugah selera tetapi juga menghubungkan masyarakat Indonesia dengan sejarah dan tradisi mereka. Sebagai makanan yang melibatkan kebersamaan dalam pembuatannya, jadah tetap menjadi simbol dari kehidupan yang penuh makna dan keharmonisan, mencerminkan nilai-nilai luhur yang dijaga sepanjang zaman.