Satai Pak Parto, Kuliner Legendaris di Kaliurang Sudah Ada Sejak 1958

Sleman – Yogyakarta memiliki deretan wisata kuliner legendaris yang menjadi incaran para wisatawan. Salah satunya rumah makan satai Pak Parto yang menjadi ikon wisata kuliner legendaris di kawasan wisata Kaliurang, Sleman, Yogyakarta.
Buka sejak 1958, tepatnya ketika kawasan Kaliurang masih sepi, rumah makan ini menjadi destinasi tersendiri bagi orang Yogyakarta atau wisatawan luar kota ketika datang ke Kaliurang.
Rumah makan sate satu ini kini dikelola oleh Tri Suratin, putri ketiga Parto Wirono. Ia menjelaskan, sejak dahulu tempat satai Pak Parto selalu menjadi salah satu favorit kuliner wisatawan.
“Saya generasi kedua, dari 1958 saya sudah di sini. Rumah makan ini memang jadi jujugan (tujuan) orang-orang dari luar untuk makan sate, jadi kita itu salah satu ikon Kaliurang,” kata Tri Suratin, generasi kedua satai Pak Parto kepada Beritasatu.com, Sabtu (13/7/2024).
Rumah makan dengan desain vintage khas bangunan pertengahan abad 20 ini menyediakan satai kambing, satai ayam, dan tongseng yang menjadi menu utama satai khas Pak Parto.

Selain itu, terdapat menu lainnya yang tak kalah menggiurkan, seperti satai buntel, tahu telur merapi, ayam bakar, nasi klenyer, dan lainnya.
“Di sini satai kambing, satai buntel, tongseng dan gulai pertamanya, lainnya yang mendukung ada bakmi dan capcay,” ujar Tri Suratin.
Menariknya, satai kambing di rumah makan ini disajikan tanpa tusuk satai dan tidak ada aroma prengus yang tercium. Tekstur dagingnya empuk, dan rasanya legit sehingga dapat memanjakan lidah.
Daging kambing itu dibalur dengan racikan bumbu khas yang dipertahankan sejak pertama kali Parto Wirono membuka rumah makan sejak 66 tahun silam. Maka tak heran, jika setiap hari bisa menjual lebih dari 100 porsi setiap harinya, bahkan banyak tokoh dan artis yang menjadi langganan di warung ini.
“Sri Sultan Hamengkubuwono dahar-nya (makannya) di sini, ada Ebiet G Ade, Gombloh, Amien Rais, dan yang lain,” jelas Tri Suratin.
Namun, sayangnya pada 2019, satai Pak Parto diminta pindah karena dianggap menduduki lahan aset salah satu badan milik pemerintah daerah setempat.
Ahli waris satai Pak Parto pun berusaha mempertahankan rumah makan turun temurun tersebut dengan menempuh sejumlah upaya hukum. Namun, hingga tingkat kasasi, gugatan ahli waris ditolak hakim sehingga satai Pak Parto saat ini menghadapi ancaman penggusuran.

“Kita mendorong supaya terus bertahan dan dikembangkan karena menjadi bukti nyata masyarakat asli yang berhasil mengelola tanah negara secara baik dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan juga negara,” ungkap Mimin Dwi Hartono, salah satu ahli waris satai Pak Parto.
Keluarga ahli waris berharap satai Pak Parto dapat terus dipertahankan lantaran rumah makan tersebut sudah menjadi ikon kuliner yang turut menyokong ekosistem wisata di Kaliurang.
Source Artikel: www.beritasatu.com